Corona,
ya, nama sebuah virus yang mengakhiri 2019 dan menyambut datangnya 2020. Dikutip
dari CNN, virus corona adalah keluarga penyebab penyakit (patogen) yang
mengakibatkan penyakit saat ini. Sama dengan SARS-CoV pada 2002 dan MERS-CoV di
2012. Para ahli kemudian memberi nama virus yang kasusnya pertama kali mewabah
di Wuhan, China, ini sebagai SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang disebabkan
infeksi virus corona SARS-CoV-2 disebut COVID-19. Istilah COVID-19 adalah
kependekan dari corona virus disease 19, yang kemudian menjadi nama resmi virus
corona musuh dunia saat ini. Sebelum menjadi COVID-19, WHO memberi nama
2019-nCoV untuk virus corona ini. Sedangkan Komisi Kesehatan Nasional China
menyebutnya sebagai Novel Coronavirus Pneumonia (NCP).
Pada umumnya
masa inkubasi COVID-19 diperkirakan berkisar dari 1 hingga 14 hari, umumnya
sekitar lima hari. Perkiraan ini akan diperbarui seiring dengan tersedianya
lebih banyak data (Sumber: WHO). Pertama, virus menginfeksi sel-sel yang
melapisi tenggorokan, saluran udara, dan paru-paru Anda, lalu mengubahnya
menjadi “pabrik virus corona” yang memuntahkan sejumlah besar virus baru dan
terus menginfeksi lebih banyak sel. Selanjutnya, 8 dari 10 orang yang
terinfeksi virus ini akan akan menunjukkan gejala seperti batuk dan demam.
Namun dibeberapa kondisi dapat terjadi nyeri tubuh, sakit tenggorokan, dan
sakit kepala. Hal tersebut disebabkan saat sistem kekebalan tubuh merespon
virus sebagai ancaman bagi tubuh, dan mengeluarkan “isyarat” bagi tubuh dengan
cara melepaskan sitokin. Bahan kimia ini menggalang sistem kekebalan tubuh,
tetapi juga menyebabkan tubuh nyeri, sakit, dan demam. Batuk akibat virus
corona, pada mulanya adalah batuk yang kering dan ini mungkin disebabkan oleh
iritasi sel ketika sel itu terinfeksi oleh virus.
Beberapa
orang akhirnya akan mulai batuk berdahak – lendir tebal yang mengandung sel-sel
paru-paru mati, yang terbunuh oleh virus. Gejala-gejala ini diobati dengan
beristirahat, mengonsumsi banyak cairan dan parasetamol. Tahap ini berlangsung
sekitar satu minggu – kebanyakan orang pulih pada titik ini karena sistem
kekebalan tubuh telah memerangi virus. Namun, beberapa akan menderita penyakit
yang lebih serius.
Jika penyakit
ini berkembang, itu terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan
terhadap virus. Sinyal-sinyal kimiawi itu tersebar ke seluruh tubuh sehingga
menyebabkan peradangan. Tetapi keadaan ini perlu diseimbangkan. Terlalu banyak
peradangan dapat menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh. Peradangan paru-paru
disebut pneumonia. dalam kasus pneumonia, alveolus mulai terisi dengan air dan
pada akhirnya dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Beberapa orang membutuhkan
ventilator untuk membantu mereka bernafas. Tahap ini diperkirakan terjadi pada
sekitar 14% orang, berdasarkan data dari China.
Diperkirakan
sekitar 6% pasien dari kasus-kasus virus corona, menjadi sakit kritis.Pada
titik ini tubuh mulai gagal dan ada peluang nyata kematian. Masalahnya adalah
sistem kekebalan tubuh sekarang di luar kendali dan menyebabkan kerusakan di
seluruh tubuh. Ini dapat menyebabkan syok septik, keadaan di mana tekanan darah
turun ke tingkat rendah yang berbahaya dan organ-organ berhenti bekerja atau
dengan kata lain gagal total. Sindrom gangguan pernapasan akut yang disebabkan
oleh peradangan di paru-paru, membuat tubuh tidak mendapatkan oksigen yang
cukup, yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Ini dapat menghentikan fungsi
ginjal yang bekerja untuk membersihkan darah. Keadaan itu juga bisa merusak
lapisan usus.
Dilansir dari
https://www.covid19.go.id/,
per 25 Maret 2020, terdapat 790 kasus positif, 30 sembuh, dan 58 meninggal
dunia. Hal ini merupakan angka yang cukup tinggi, mengingat masuknya virus
corona ke Indonesia masih 20 hari. Lantas, apa saja yang dapat kita lakukan?
Terdapat hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari persebaran virus ini,
beberapa diantaranya:
-
Menjaga jarak sejauh 1 meter dari orang lain
-
Rajin mencuci tangan menggunakan sabun. Tutorial
mengenai cuci tangan yang baik dan benar dapat diakses
disini
-
Sebisa mungkin tidak menyentuh area wajah
-
Menggunakan masker saat keluar rumah dan saat terjadi
gejala-gejala
Pemerintah
telah menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan virus tersebut, agar
persebaran dapat diminimalisir, contohnya adalah Social Distancing dan
meliburkan kegiatan pendidikan. Namun kenyataannya, banyak orang yang meremehkan
virus ini, dan mereka masih beraktivitas layaknya hari normal, bahkan berlibur.
Hal tersebut merupakan hal fatal yang dapat menyebarluaskan virus dengan cepat.
Maka, sebagai warga yang baik dan berilmu, hendaknya kita mematuhi kebijakan
tersebut. Meski anda dapat sembuh dari penyakit ini, belum tentu orang yang
tertular akan mengalami hal yang sama. Cintai dirimu, cintai lingkungan
sekitarmu, peace.